skip to main |
skip to sidebar
MENABUR BENIH
Di sebuah kaki gunung yang gundul dan tandus. Seorang bapak tua memikul
sebuah kantung penuh berisi bibit pohon kayu di bahunya, sementara
sebuah cangkul berada di bahu yang lain . Sepanjang hari pak tua
menggali lobang dan memasukan bibit-bibit pohon tersebut. Begitulah
kerja pak tua setiap hari. Ketika malam tiba, ia memetik sayur-sayur
yang bertumbuh liar di kaki gunung itu untuk menjadi santapannya di
malam nanti.
Suatu hari sejumlah murid sekolah datang berpiknik
di kaki gunung tersebut, dan mereka begitu heran melihat pak tua yang
seakan melakukan suatu pekerjaan yang amat tak berarti, karena tempat
itu nampak tandus dan tak mungkin bibit-bibit itu akan bertumbuh subur.
“Aku hidup di tempat ini dan aku telah menaburkan jutaan benih pohon
kayu. Namun hanya 1 persen saja yang tumbuh. Tapi aku tak akan berputus
asa. Di hari tuaku, aku ingin terus menaburkan benih di sini.”
Tahun terus beralih. Anak-anak sekolah tersebut telah bertumbuh dewasa.
Ketika mereka datang lagi ke kaki gunung tersebut...WAH...!!! Mereka
tercengang dan berdecak kagum. Betapa indah pemandangan di sana yang
diwarnai pohon-pohon nan hijau serta merdunya nyanyian burung. Bapak tua
sudah lama pergi. Namun ia meninggalkan harta karun tak ternilai.
Pengorbanan kita mungkin tak dapat dinikmati hasilnya saat ini. Namun
percayalah, bahwa ada saatnya ketika bibit memunculkan tunasnya.
(Janganlah berusaha menjadi orang yang berhasil, tapi berusahalah menjadi orang yang bernilai. - Einstein)
... http://innetlink.com/nink7532/menabur-benih.htm
0 komentar:
Posting Komentar