CERPEN KARYA Dra. Eny Kristiyani
Pati,tengah malam 11 nopember 2014
@ PENYESALAN YANG TAK PERNAH BERAKHIR @
Gemerlapnya ibu kota menghantarkan hati ini selalu berbunga-bunga begitu membuatku terlena karena menemukan ” CINTA ”. Dalam benakku hanya gelora kasih cinta penuh gairah dari mas warno , aku tak peduli dengan perkataan tetangga ataupun lingkungan tentang pendidikan dan pekerjaan mas warno yang dipandang buruk itu. Semua ku lakukan demi cinta kasih antara aku dan mas warno. Ahh, persetan apa kata mereka termasuk juga kata orang tuaku. Kalau aku di besarkan dan disekolahkan tinggi itu kan memang sudah kewajiban sebagai orang tua. Dulu memang kala aku kecil, aku selalu patuh dengan lantunan sejuta nasehat ibu dan bapak tapi sekarang aku sudah dewasa sudah mampu menentukan yang membuat aku bahagia , hidup penuh bunga cinta bersama mas Warno . Sekarang sudah tak ada yang mengaturku seenaknya.
Perjalanan hidup yang begitu manis membuat hatiku benar2 melupakan adik-adikku dan juga orang tuaku . tak terasa kini aku sudah ditemani 2 putriku yang cantik. Hmm.... telah 8 tahun aku telah membangun bahtera keluarga penuh cinta kasih dengan mas Warno. Rasanya benar2 aku telah melupakan ke dua orang tuaku ,entah sudah mati atau hidup. Peduli amat dengan mereka , itu kan salah mereka tidak merestui cinta kasih yang aku jalin dengan mas Warno. Dan diawal perjalanan hidupku ditahun yang ke 8 ini mas Warno mulai berubah, pulang kerja selalu terlambat dan banyak diam tidak seperti biasanya banyak canda dan obral pujian untukku dan ke 2 putrinya. Aah....aku harus berpikir positip , aku yakin seyakinnya bahwa mas Warno adalah suami yang sangaaat baik dan bertanggungjawab dan setia sama aku.
Galau mulai mengaduk-aduk perasaanku. Segudang pertanyaan mulai berkecamuk dipikiranku. Mengapa suamiku yang aku sayangi sekaligus aku banggakan berubah 100 %? Ketika aku dan ke 2 putriku ke Swalayan betapa rasa aku bak di sambar geledek melihat ada seorang wanita muda n cantik bergelayut ditangan suamiku. Dada ini rasa bergemuruh ingin rasanya aku mencakar suami dan selingkuhannya, namun keinginan itua aku tahan karena aku tak mau perang brontoyudo didepan ke 2 putriku. Aku tak mampu berkata apa-apa hanya air mata ini telah membanjiri pipiku dan aku berusaha mengusapnya dan tetap tersenyum dihadapan 2 putriku dan langsung aku pulang kerumah. Untungnya ke 2 putriku tidak melihat kelakuan bejat papanya. Kini aku sudah mulai mengerti dan tahu jawabannya suamiku yang berubah 180 derajat.
Penantian pulangnya suami dengan perasaan yang seperti diaduk-aduk, namun yang dinanti takkunjung datang. Diam2 bayangan ibuku yang renta ada dipelupuk mataku yang selama ini aku sia-siakan. “ Astaqfirrullahhal’adziim “ aku telah jadi anak durhaka dan kini aku mulai menuai perlakuanku selama ini yang telah melupakan kedua orang tuaku. Kontan tangis sudah takterbendung lagi , betapa ingin aku berlari mencari ibu dan memeluknya sambil bersimpuh memohon maaf. Akhirnya suamiku mas Warno pulang juga dilarut malam. Betapa aku terkejut ternyata kemarahanku disambut dengan kemarahan bahkan berani menampar wajahku. Kemesraan dan kelembutannya tiba-tiba sirna tak berbekas. Aku marah, dan tak terima dengan ini semua atas perlakuan mas Warno. Tangisku semakin menjadi-jadi, ke 2 putriku ikut menangis aku sudah tak peduli . Aku merasa betapa sakitnya diperlakukan seperti ini. “apa yang telah kau lakukan? Kenapa mas berubah menjadi kasar dan mengecewakan aku ?” ucapku dengan nada tinggi. Mas Warno tak menjawab, aku hanya menangis dan menangis, tanpa daya hanya rasa putus asa merasuk jiwa raga. “jangan pernah kau memelukku lagi, kau bukanlah wanita yang ku cinta seperti anggapanmu. Mengaca tuh lihat wajahmu sudah mulai keriput, kamu tak mampu merawat dirimu sendiri, aku malu berjalan disampingmu yang tak mampu merawat diri sebagai seorang wanita “ bentaknya dengan nada yang penuh amarah. Untuk kesekian kalinya, aku hanya menangis dan menangis, hatiku sakit tepat mengenai lubuk hatiku perih sekali, entah mengapa mas Warno berubah seperti ini. aku tak peduli itu.
“kalau kau tak suka denganku, mengapa kau masih mau menjadi suamiku?” ucapku diiringi tangisan dan amarah merasuk dada.
“ingatlah sinta, aku pernah berjanji dalam pernikahan kita itu aku lakukan karena pada waktu itu kamu muda dan cantik juga aku berharap mampu menguras habis harta orang tuamu tapi faktanya bahkan kita diusir oleh orang tuamu. maka, aku diam-diam dendam dan menyimpan amarah dan kini aku sudah dapat wanita nan ayu dan harta melimpah tanpa aku kerja. “Ucapnya suamiku mas Warno dengan bengis. Kata-kata itu membuatku menangis, aku menangis sejadi-jadinya. Rasa cinta penuh kasih sayang tiba-tiba kandas dan berubah kebencian yang mendalam, rasa jijik dan muak merayap seluruh tubuhku. Tanpa banyak kata semua pakaian ku dan ke 2 putriku aku kemasi.dengan tangisan histeri ke dua anakku aku angkat kaki dari rumah.
aku merasa diriku terasa kotor, hidup ini merasa tidak berarti. Aku bingung harus melangkah ke mana dengan ke dua putriku. Perasaanku yang hancur lebur bertekad mau pulang bersimpuh pada keduaorang tuaku dengan segala resiko. Kini, aku hanya bisa meratapi diriku yang kotor dan buruk layak seekor binatang dan menahan sakit sekujur tubuhku. Aku berjalan tertatih menyusuri jalan menuju terminal bus untuk pulang kekampung halaman.
Akhirnya aku sampai kampung halaman , aku disambut para tetangga. Mata ini nanar mencari ibu dan bapak namun tak kutemukan. Betapa terkejutnya ketika tetangga sebelahku memberikan kunci rumah sambil bercerita bahwa kedua orang tuaku telah pulang ke Rahmatullah karena sakit dan sedih memikirkan aku. Aku bagai orang gila menangis meraung sejadi-jadinya juga ke dua putriku. Setelah aku banyak mendengar banyak nasehat dari tetangga aku mulai merasa mampu menata hati. Ku cari ijazahku “ Subhannallah “ ternyata semua tertata rapi di dalam almari. “ aku harus kuat untukmelanjutkan hidup demi ke dua anakku semoga pengalaman hidupku tidak terulang lagi pada ke dua putriku aamiin
Pati,tengah malam 11 nopember 2014
@ PENYESALAN YANG TAK PERNAH BERAKHIR @
Gemerlapnya ibu kota menghantarkan hati ini selalu berbunga-bunga begitu membuatku terlena karena menemukan ” CINTA ”. Dalam benakku hanya gelora kasih cinta penuh gairah dari mas warno , aku tak peduli dengan perkataan tetangga ataupun lingkungan tentang pendidikan dan pekerjaan mas warno yang dipandang buruk itu. Semua ku lakukan demi cinta kasih antara aku dan mas warno. Ahh, persetan apa kata mereka termasuk juga kata orang tuaku. Kalau aku di besarkan dan disekolahkan tinggi itu kan memang sudah kewajiban sebagai orang tua. Dulu memang kala aku kecil, aku selalu patuh dengan lantunan sejuta nasehat ibu dan bapak tapi sekarang aku sudah dewasa sudah mampu menentukan yang membuat aku bahagia , hidup penuh bunga cinta bersama mas Warno . Sekarang sudah tak ada yang mengaturku seenaknya.
Perjalanan hidup yang begitu manis membuat hatiku benar2 melupakan adik-adikku dan juga orang tuaku . tak terasa kini aku sudah ditemani 2 putriku yang cantik. Hmm.... telah 8 tahun aku telah membangun bahtera keluarga penuh cinta kasih dengan mas Warno. Rasanya benar2 aku telah melupakan ke dua orang tuaku ,entah sudah mati atau hidup. Peduli amat dengan mereka , itu kan salah mereka tidak merestui cinta kasih yang aku jalin dengan mas Warno. Dan diawal perjalanan hidupku ditahun yang ke 8 ini mas Warno mulai berubah, pulang kerja selalu terlambat dan banyak diam tidak seperti biasanya banyak canda dan obral pujian untukku dan ke 2 putrinya. Aah....aku harus berpikir positip , aku yakin seyakinnya bahwa mas Warno adalah suami yang sangaaat baik dan bertanggungjawab dan setia sama aku.
Galau mulai mengaduk-aduk perasaanku. Segudang pertanyaan mulai berkecamuk dipikiranku. Mengapa suamiku yang aku sayangi sekaligus aku banggakan berubah 100 %? Ketika aku dan ke 2 putriku ke Swalayan betapa rasa aku bak di sambar geledek melihat ada seorang wanita muda n cantik bergelayut ditangan suamiku. Dada ini rasa bergemuruh ingin rasanya aku mencakar suami dan selingkuhannya, namun keinginan itua aku tahan karena aku tak mau perang brontoyudo didepan ke 2 putriku. Aku tak mampu berkata apa-apa hanya air mata ini telah membanjiri pipiku dan aku berusaha mengusapnya dan tetap tersenyum dihadapan 2 putriku dan langsung aku pulang kerumah. Untungnya ke 2 putriku tidak melihat kelakuan bejat papanya. Kini aku sudah mulai mengerti dan tahu jawabannya suamiku yang berubah 180 derajat.
Penantian pulangnya suami dengan perasaan yang seperti diaduk-aduk, namun yang dinanti takkunjung datang. Diam2 bayangan ibuku yang renta ada dipelupuk mataku yang selama ini aku sia-siakan. “ Astaqfirrullahhal’adziim “ aku telah jadi anak durhaka dan kini aku mulai menuai perlakuanku selama ini yang telah melupakan kedua orang tuaku. Kontan tangis sudah takterbendung lagi , betapa ingin aku berlari mencari ibu dan memeluknya sambil bersimpuh memohon maaf. Akhirnya suamiku mas Warno pulang juga dilarut malam. Betapa aku terkejut ternyata kemarahanku disambut dengan kemarahan bahkan berani menampar wajahku. Kemesraan dan kelembutannya tiba-tiba sirna tak berbekas. Aku marah, dan tak terima dengan ini semua atas perlakuan mas Warno. Tangisku semakin menjadi-jadi, ke 2 putriku ikut menangis aku sudah tak peduli . Aku merasa betapa sakitnya diperlakukan seperti ini. “apa yang telah kau lakukan? Kenapa mas berubah menjadi kasar dan mengecewakan aku ?” ucapku dengan nada tinggi. Mas Warno tak menjawab, aku hanya menangis dan menangis, tanpa daya hanya rasa putus asa merasuk jiwa raga. “jangan pernah kau memelukku lagi, kau bukanlah wanita yang ku cinta seperti anggapanmu. Mengaca tuh lihat wajahmu sudah mulai keriput, kamu tak mampu merawat dirimu sendiri, aku malu berjalan disampingmu yang tak mampu merawat diri sebagai seorang wanita “ bentaknya dengan nada yang penuh amarah. Untuk kesekian kalinya, aku hanya menangis dan menangis, hatiku sakit tepat mengenai lubuk hatiku perih sekali, entah mengapa mas Warno berubah seperti ini. aku tak peduli itu.
“kalau kau tak suka denganku, mengapa kau masih mau menjadi suamiku?” ucapku diiringi tangisan dan amarah merasuk dada.
“ingatlah sinta, aku pernah berjanji dalam pernikahan kita itu aku lakukan karena pada waktu itu kamu muda dan cantik juga aku berharap mampu menguras habis harta orang tuamu tapi faktanya bahkan kita diusir oleh orang tuamu. maka, aku diam-diam dendam dan menyimpan amarah dan kini aku sudah dapat wanita nan ayu dan harta melimpah tanpa aku kerja. “Ucapnya suamiku mas Warno dengan bengis. Kata-kata itu membuatku menangis, aku menangis sejadi-jadinya. Rasa cinta penuh kasih sayang tiba-tiba kandas dan berubah kebencian yang mendalam, rasa jijik dan muak merayap seluruh tubuhku. Tanpa banyak kata semua pakaian ku dan ke 2 putriku aku kemasi.dengan tangisan histeri ke dua anakku aku angkat kaki dari rumah.
aku merasa diriku terasa kotor, hidup ini merasa tidak berarti. Aku bingung harus melangkah ke mana dengan ke dua putriku. Perasaanku yang hancur lebur bertekad mau pulang bersimpuh pada keduaorang tuaku dengan segala resiko. Kini, aku hanya bisa meratapi diriku yang kotor dan buruk layak seekor binatang dan menahan sakit sekujur tubuhku. Aku berjalan tertatih menyusuri jalan menuju terminal bus untuk pulang kekampung halaman.
Akhirnya aku sampai kampung halaman , aku disambut para tetangga. Mata ini nanar mencari ibu dan bapak namun tak kutemukan. Betapa terkejutnya ketika tetangga sebelahku memberikan kunci rumah sambil bercerita bahwa kedua orang tuaku telah pulang ke Rahmatullah karena sakit dan sedih memikirkan aku. Aku bagai orang gila menangis meraung sejadi-jadinya juga ke dua putriku. Setelah aku banyak mendengar banyak nasehat dari tetangga aku mulai merasa mampu menata hati. Ku cari ijazahku “ Subhannallah “ ternyata semua tertata rapi di dalam almari. “ aku harus kuat untukmelanjutkan hidup demi ke dua anakku semoga pengalaman hidupku tidak terulang lagi pada ke dua putriku aamiin
0 komentar:
Posting Komentar