Rekan-rekan sekalian,
T, saya kutipkan berita terkait dari http://kampus.okezone.com/ read/2012/09/27/373/696092/ pelajaran-ipa-dan-ips-akan-diha pus
...
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Khairil Anwar mengatakan, dari
hasil diskusi yang berkembang di kementerian maka pelajaran di sekolah
tingkat dasar akan lebih ditekankan kepada bagaimana membentuk anak yang
disiplin, jujur dan bersih.
Sehingga mata pelajaran yang akan
diajarkan nantinya di SD ialah pelajaran Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan (Pkn), Pancasila, Bahasa Indonesia dan Matematika dasar
saja. Namun meski disederhanakan mata pelajaran ini akan disesuaikan
dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD). “Jadi misalkan
penilaian di pelajaran Agama. Tidak hanya praktek salat saja yang
dinilai, namun dinilai juga apakah dia suka menjahili teman atau apakah
dia suka mencuri?” katanya di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Kamis
(27/9/2012).
Dia mengatakan, perubahan ini terkait dengan
revisi kurikulum pendidikan nasional yang sudah tidak mengikuti
perkembangan zaman. Dia menjelaskan, kurikulum pembentukan sikap ini
akan memakan korban penghapusan pelajaran IPA IPS di SD. Penghapusan
kedua mata pelajaran ini juga sebagai akibat pengurangan jam belajar
karena pelajaran pembentukan sikap ini tidak lagi terkait dengan
transfer ilmu Sains.
Untuk SMP pelajaran yang akan diberikan
akan terfokus kepada pelajaran keterampilan melihat dan melakukan
sesuatu yang dapat dilihat dengan mata. Kemungkinan IPA dan IPS masih
tetap ada meskipun jam belajarnya tidak terlalu tinggi. Sementara
pelajaran di SMA mulai mentransformasi keterampilan tersebut dengan ilmu
pengetahuan yang lebih tinggi.
“Kurikulum ke depan itu harus
lebih banyak ke proses obsurvei atau bagaimana mengamati, mempertanyakan
dan bagaiaman meniru dan bagaimana melaporkan. Saat ini kita menilai
anak-anak lemah dalam melaporkan. Orientasi lain dalam penyederhanaan
kurikulum ini juga supaya kita lebih fokus (dalam memberikan mata
pelajaran) dan tidak menganggap semua (mata pelajaran) seolah-olah itu
penting. Lihat saja sekarang, anak SD banyak punggungnya memar karena
terlalu banyak bawa buku,” tukasnya.
Guru Besar Ilmu Statistik
Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menambahkan, ujian akhir nantinya
tidak hanya berbentuk pilihan ganda, namun bagaimana siswa itu
mengimplementasikan pelajaran agama ke masyarakat.
Rekan-rekan sekalian,
T, saya kutipkan berita terkait dari http://kampus.okezone.com/ read/2012/09/27/373/696092/ pelajaran-ipa-dan-ips-akan-diha pus
...
T, saya kutipkan berita terkait dari http://kampus.okezone.com/
...
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Khairil Anwar mengatakan, dari
hasil diskusi yang berkembang di kementerian maka pelajaran di sekolah
tingkat dasar akan lebih ditekankan kepada bagaimana membentuk anak yang
disiplin, jujur dan bersih.
Sehingga mata pelajaran yang akan diajarkan nantinya di SD ialah pelajaran Agama, Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn), Pancasila, Bahasa Indonesia dan Matematika dasar saja. Namun meski disederhanakan mata pelajaran ini akan disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD). “Jadi misalkan penilaian di pelajaran Agama. Tidak hanya praktek salat saja yang dinilai, namun dinilai juga apakah dia suka menjahili teman atau apakah dia suka mencuri?” katanya di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Kamis (27/9/2012).
Dia mengatakan, perubahan ini terkait dengan revisi kurikulum pendidikan nasional yang sudah tidak mengikuti perkembangan zaman. Dia menjelaskan, kurikulum pembentukan sikap ini akan memakan korban penghapusan pelajaran IPA IPS di SD. Penghapusan kedua mata pelajaran ini juga sebagai akibat pengurangan jam belajar karena pelajaran pembentukan sikap ini tidak lagi terkait dengan transfer ilmu Sains.
Untuk SMP pelajaran yang akan diberikan akan terfokus kepada pelajaran keterampilan melihat dan melakukan sesuatu yang dapat dilihat dengan mata. Kemungkinan IPA dan IPS masih tetap ada meskipun jam belajarnya tidak terlalu tinggi. Sementara pelajaran di SMA mulai mentransformasi keterampilan tersebut dengan ilmu pengetahuan yang lebih tinggi.
“Kurikulum ke depan itu harus lebih banyak ke proses obsurvei atau bagaimana mengamati, mempertanyakan dan bagaiaman meniru dan bagaimana melaporkan. Saat ini kita menilai anak-anak lemah dalam melaporkan. Orientasi lain dalam penyederhanaan kurikulum ini juga supaya kita lebih fokus (dalam memberikan mata pelajaran) dan tidak menganggap semua (mata pelajaran) seolah-olah itu penting. Lihat saja sekarang, anak SD banyak punggungnya memar karena terlalu banyak bawa buku,” tukasnya.
Guru Besar Ilmu Statistik Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menambahkan, ujian akhir nantinya tidak hanya berbentuk pilihan ganda, namun bagaimana siswa itu mengimplementasikan pelajaran agama ke masyarakat.
Sehingga mata pelajaran yang akan diajarkan nantinya di SD ialah pelajaran Agama, Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn), Pancasila, Bahasa Indonesia dan Matematika dasar saja. Namun meski disederhanakan mata pelajaran ini akan disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD). “Jadi misalkan penilaian di pelajaran Agama. Tidak hanya praktek salat saja yang dinilai, namun dinilai juga apakah dia suka menjahili teman atau apakah dia suka mencuri?” katanya di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Kamis (27/9/2012).
Dia mengatakan, perubahan ini terkait dengan revisi kurikulum pendidikan nasional yang sudah tidak mengikuti perkembangan zaman. Dia menjelaskan, kurikulum pembentukan sikap ini akan memakan korban penghapusan pelajaran IPA IPS di SD. Penghapusan kedua mata pelajaran ini juga sebagai akibat pengurangan jam belajar karena pelajaran pembentukan sikap ini tidak lagi terkait dengan transfer ilmu Sains.
Untuk SMP pelajaran yang akan diberikan akan terfokus kepada pelajaran keterampilan melihat dan melakukan sesuatu yang dapat dilihat dengan mata. Kemungkinan IPA dan IPS masih tetap ada meskipun jam belajarnya tidak terlalu tinggi. Sementara pelajaran di SMA mulai mentransformasi keterampilan tersebut dengan ilmu pengetahuan yang lebih tinggi.
“Kurikulum ke depan itu harus lebih banyak ke proses obsurvei atau bagaimana mengamati, mempertanyakan dan bagaiaman meniru dan bagaimana melaporkan. Saat ini kita menilai anak-anak lemah dalam melaporkan. Orientasi lain dalam penyederhanaan kurikulum ini juga supaya kita lebih fokus (dalam memberikan mata pelajaran) dan tidak menganggap semua (mata pelajaran) seolah-olah itu penting. Lihat saja sekarang, anak SD banyak punggungnya memar karena terlalu banyak bawa buku,” tukasnya.
Guru Besar Ilmu Statistik Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menambahkan, ujian akhir nantinya tidak hanya berbentuk pilihan ganda, namun bagaimana siswa itu mengimplementasikan pelajaran agama ke masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar