RSS

Tentang Tomcat, Boleh Waspada Tapi Jangan Takut

1332173373415271167

Tomcat,  serangga kecil berwarna mencolok dengan nama latin Paederus riparius ini mulai ramai dibicarakan dan diresahkan terutama oleh warga Surabaya Timur. Serangga ini kurang familiar dimata masyarakat, namun siapa sangka keberadaannya dapat menyebabkan penyakit yang menyerupai herpes biasa disebut dermatitis paedrus. Serangga ini tidak menyengat maupun menggigit, namun memiliki Kelenjar Hemolympha yang mengandung Paederine dan akan mengenai kulit apabila serangga ini remuk. Jadi, jika serangga ini tidak remuk, maka Paederine yang tersimpan dalam hemolympha tidak akan mengenai kulit. Umumnya, serangan Tomcat terjadi sepanjang tahun namun mencapai puncak pada Juli-September yang memiliki kelembapan iklim.
Lalu Siapakah yang patut disalahkan ketika serangga kecil ini menyerang sejumlah pemukiman sekitar Pantai Timur Surabaya?. Seperti kata seorang aktifis lingkungan, Bapak Wawan Some, bahwa  serangan Tomcat ini disebabkan karena kawasan hutan Mangrove yang menjadi habitat serangga Tomcat sudah gundul serta populasi burung yang menjadi predator Tomcat sudah berkurang sehingga menyebabkan populasi serangga ini menjadi tak terkontrol dan menyerang perumahan manusia. Peristiwa tersebut mengingatkan Saya akan beberapa kasus serupa ulat bulu yang menyerang sejumlah kawasan dengan jumlah yang mengerikan, Orang Utan yang dianggap hama karena menyerang perkebunan kelapa sawit, dan juga burung-burung yang mengganggu penerbangan pesawat di Bandara Internasional Juanda Surabaya. Sebelumnya Saya pernah mengunjungi Ketua tani mangrove Wonorejo, Bapak Sonny dan Beliau mengeluhkan bahwa burung-burung itu singgah di Juanda karena habitatnya yang seharusnya di kawasan mangrove Pamurbaya itu sudah semakin rusak dan terganggu oleh aktifitas manusia.
Jangan sampai Kita dikalahkan oleh rasa takut sehingga mengambil tindakan yang semestinya tidak dilakukan. Hanya dengan membunuh atau memusnahkan hewan-hewan tersebut saja bukanlah menyelesaikan masalah. Hal yang seharusnya sejak dulu Kita lakukan adalah mengembalikan habitat mereka dengan melakukan restorasi dan menjaga kelestarian dalam hal ini adalah hutan mangrove di sepanjang Pamurbaya. Kegiatan eksploitasi seperti reklamasi pantai, penebangan liar, wisata mangrove secara komersial tanpa pertimbangan kelestarian alam, dan tindakan-tindakan lain yang mengancam kelestarian ekosistem di mangrove Pamurbaya sudah saatnya dihentikan.
Bagi warga Surabaya maupun warga Indonesia dimanapun berada yang dilanda keresahan akan serangan serangga kecil ini, berikut beberapa tips menghindari serangga Tomcat dari Andry Wibowo yang saat ini menjadi dokter di RS dr Oen Surakarta : Jaga kebersihan kamar, matikan lampu saat malam hari, serta beri kawat kasa pada kamar. Selain itu juga terdapat beberapa tips dari artikel yang Saya baca : Apabila ada kumbang yang hinggap di kulit jangan mematikannya di tubuh namun tiup hingga pergi, jika kulit mengalami kontak dengan serangga ini, segera cuci bagian yang terkena dengan air dan sabun, jangan menggaruk luka karena racunnya dapat berpindah ke bagian lain kulit lewat cairan di luka, gunakan jaring nyamuk atau semprot aerosol  atau pestisida organik dari campuran laos, daun mimba, dan sereh untuk mematikan kumbang yang masuk. Penyakit dermatitis akibat Paederus ini dapat diobati dengan kortikosteroid topikal. Dengan pengobatan, umumnya luka akan membaik dalam 10 hari hingga tiga minggu tanpa menimbulkan bekas. Namun, luka dapat membekas jika melibatkan dermis. Dokter menyarankan supaya menghindari sinar matahari agar tak terjadi inflamasi luka yang menyebabkan bekas kehitaman.
Semoga Kita lebih bijak dalam membaca dan menyelesaikan suatu permasalahan

Jakarta, Kompas – Serangan serangga tomcat alias kumbang penjelajah (Paederus littorarius) merupakan indikator kuat kerusakan lingkungan. Alih fungsi lahan dan perubahan iklim diduga menjadi penyebab ledakan populasi serangga ini.
Hal itu dikatakan Direktur Pusat Peneliti Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Siti Nuramaliati Prijono, Selasa (20/3), di Jakarta. ”Siklus biologi di alam terganggu, bisa jadi predator tomcat, seperti burung, tidak ada,” katanya.
Ketiadaan burung bisa disebabkan perburuan ataupun perubahan iklim sehingga burung pindah ke dataran lebih tinggi.
Arief Yuwono, Deputi Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup, menduga serangan tomcat disebabkan intervensi manusia pada alam. Hal itu, misalnya, pembukaan lahan dan pemakaian pestisida.
Ahli proteksi tanaman Institut Pertanian Bogor, Purnama Hidayat, mengatakan, serangga itu tidak berniat menyerang manusia. ”Manusia yang menarik minat serangga ini untuk datang ke rumah mereka,” ujarnya.
Tomcat (kumbang rove) sepanjang 1 cm yang menjadi predator wereng itu tertarik pada cahaya malam hari. Kumbang ini tak menggigit, tetapi bila tergencet cairan tubuhnya yang mengandung racun paederin bisa menyebabkan iritasi kulit yang hebat.
Purnama menduga, datangnya tomcat ke permukiman manusia akibat alih fungsi lahan dari sawah menjadi pertokoan dan perumahan. Ia menuturkan, rekannya, peneliti di Malang, Nurindah, pernah bercerita, tahun 2004 terjadi serangan serangga kecil ke perumahan di Gresik.
Tahun 2007, para pekerja di pengeboran minyak di lepas pantai utara Pulau Jawa, dekat Karawang dan Indramayu, dilaporkan kulitnya melepuh setelah kena cairan dari serangga kecil berwarna merah dan hitam.
Keterangan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama yang dikirim ke media menyebutkan, racun paederin ada di seluruh tubuh tomcat, kecuali di sayap. ”Iritasi kulit berupa dermatitis terjadi bila bersentuhan langsung dengan serangga atau secara tidak langsung, misalnya melalui handuk, baju, atau barang lain yang tercemar paederin,” katanya.
Kena racun
Dari Surabaya dilaporkan, jumlah warga yang terkena racun tomcat sampai Selasa siang 103 orang. Mereka tersebar di beberapa wilayah di Kota Surabaya, mulai dari kawasan apartemen elite, perkampungan, hingga asrama mahasiswa Universitas Airlangga. Hal itu dikemukakan Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Esty Martiana Rachmie.
Serangan tomcat dilaporkan muncul sejak awal minggu lalu. Waktu itu, kawanan serangga yang biasa menghuni hutan mangrove ini masuk ke apartemen elite di Surabaya timur. Kulit sejumlah penghuni apartemen memerah dan bengkak yang disertai bintik-bintik kecil yang sangat gatal.
Menurut Esty, pihaknya telah mengirim surat edaran ke semua puskesmas di Kota Surabaya untuk mewaspadai meluasnya dampak serangan tomcat. Pihaknya juga menyebarluaskan informasi mengenai upaya menghindari racun tomcat.
Warga disarankan menjauhi serangga yang menyerupai tomcat. Jika serangga itu telanjur menempel di kulit, warga disarankan mengibaskan sehingga racunnya tidak tertinggal di kulit. Kulit yang dihinggapi tomcat harus segera dicuci dengan air mengalir dan sabun.
Warga yang terkena racun tomcat dianjurkan datang ke puskesmas terdekat. ”Racun tomcat tidak mematikan, bisa diobati dengan antialergi,” katanya.
Teguh Riyanto, Koordinator Satuan Tugas Pemberantasan Ulat Bulu dan Tomcat Dinas Pertanian Kota Surabaya, menuturkan, upaya menanggulangi meluasnya serangan tomcat dilakukan dengan menyemprotkan pestisida organik ke lokasi-lokasi yang menjadi sarang tomcat.
Ia menjelaskan, serangan tomcat terjadi karena predator alaminya berupa burung dan pemakan serangga lain berkurang.
Jakarta, Kompas – Serangan serangga tomcat alias kumbang penjelajah (Paederus littorarius) merupakan indikator kuat kerusakan lingkungan. Alih fungsi lahan dan perubahan iklim diduga menjadi penyebab ledakan populasi serangga ini.
Hal itu dikatakan Direktur Pusat Peneliti Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Siti Nuramaliati Prijono, Selasa (20/3), di Jakarta. ”Siklus biologi di alam terganggu, bisa jadi predator tomcat, seperti burung, tidak ada,” katanya.
Ketiadaan burung bisa disebabkan perburuan ataupun perubahan iklim sehingga burung pindah ke dataran lebih tinggi.
Arief Yuwono, Deputi Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup, menduga serangan tomcat disebabkan intervensi manusia pada alam. Hal itu, misalnya, pembukaan lahan dan pemakaian pestisida.
Ahli proteksi tanaman Institut Pertanian Bogor, Purnama Hidayat, mengatakan, serangga itu tidak berniat menyerang manusia. ”Manusia yang menarik minat serangga ini untuk datang ke rumah mereka,” ujarnya.
Tomcat (kumbang rove) sepanjang 1 cm yang menjadi predator wereng itu tertarik pada cahaya malam hari. Kumbang ini tak menggigit, tetapi bila tergencet cairan tubuhnya yang mengandung racun paederin bisa menyebabkan iritasi kulit yang hebat.
Purnama menduga, datangnya tomcat ke permukiman manusia akibat alih fungsi lahan dari sawah menjadi pertokoan dan perumahan. Ia menuturkan, rekannya, peneliti di Malang, Nurindah, pernah bercerita, tahun 2004 terjadi serangan serangga kecil ke perumahan di Gresik.
Tahun 2007, para pekerja di pengeboran minyak di lepas pantai utara Pulau Jawa, dekat Karawang dan Indramayu, dilaporkan kulitnya melepuh setelah kena cairan dari serangga kecil berwarna merah dan hitam.
Keterangan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama yang dikirim ke media menyebutkan, racun paederin ada di seluruh tubuh tomcat, kecuali di sayap. ”Iritasi kulit berupa dermatitis terjadi bila bersentuhan langsung dengan serangga atau secara tidak langsung, misalnya melalui handuk, baju, atau barang lain yang tercemar paederin,” katanya.
Kena racun
Dari Surabaya dilaporkan, jumlah warga yang terkena racun tomcat sampai Selasa siang 103 orang. Mereka tersebar di beberapa wilayah di Kota Surabaya, mulai dari kawasan apartemen elite, perkampungan, hingga asrama mahasiswa Universitas Airlangga. Hal itu dikemukakan Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Esty Martiana Rachmie.
Serangan tomcat dilaporkan muncul sejak awal minggu lalu. Waktu itu, kawanan serangga yang biasa menghuni hutan mangrove ini masuk ke apartemen elite di Surabaya timur. Kulit sejumlah penghuni apartemen memerah dan bengkak yang disertai bintik-bintik kecil yang sangat gatal.
Menurut Esty, pihaknya telah mengirim surat edaran ke semua puskesmas di Kota Surabaya untuk mewaspadai meluasnya dampak serangan tomcat. Pihaknya juga menyebarluaskan informasi mengenai upaya menghindari racun tomcat.
Warga disarankan menjauhi serangga yang menyerupai tomcat. Jika serangga itu telanjur menempel di kulit, warga disarankan mengibaskan sehingga racunnya tidak tertinggal di kulit. Kulit yang dihinggapi tomcat harus segera dicuci dengan air mengalir dan sabun.
Warga yang terkena racun tomcat dianjurkan datang ke puskesmas terdekat. ”Racun tomcat tidak mematikan, bisa diobati dengan antialergi,” katanya.
Teguh Riyanto, Koordinator Satuan Tugas Pemberantasan Ulat Bulu dan Tomcat Dinas Pertanian Kota Surabaya, menuturkan, upaya menanggulangi meluasnya serangan tomcat dilakukan dengan menyemprotkan pestisida organik ke lokasi-lokasi yang menjadi sarang tomcat.
Ia menjelaskan, serangan tomcat terjadi karena predator alaminya berupa burung dan pemakan serangga lain berkurang.



Sumber : http://green.kompasiana.com/polusi/2012/03/19/tentang-tomcat-boleh-waspada-tapi-jangan-takut/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...